PENGAMATAN. Para peserta Botanical Game mengidentifikasi tanaman di Taman Botani Sukorambi, Sabtu (12/11).

TAMAN Botani Sukorambi makin mengokohkan posisinya sebagai
destinasi wisata berkonsep tempat rekreasi sambil belajar. Sabtu (2/6)
lalu, dilaksanakan *soft launching* Taman Koi di Taman Botani Sukorambi,
yang menjadi wahana terbaru di taman wisata yang terdekat dengan Kota
Jember itu.

Taman Koi adalah sebuah tempat di mana pengunjung bisa melihat
dari dekat aneka ikan Koi. Di lokasi yang terletak dekat kolam renang
dewasa itu, pengunjung bisa ikut memberi makan ikan Koi, baik yang masih
kecil atau yang sudah dewasa.

Dengan penataan taman yang asri, Taman Koi juga bisa menjadi
lokasi selfi yang *Instagramable*. Suara gemericik air terjun mini di kolam
Koi ikut menambah suasana yang asyik dan menyegarkan. “Pengunjung bisa
selfi dan menikmati kesejukan layaknya di Jepang,” kata Febrian Ananta
Kahar, pemilik Taman Botani Sukorambi.

Di Taman Koi, pengunjung bisa belajar tentang Koi. Dengan
edukasi itu, diharapkan pengunjung bisa lebih selektif saat hendak membeli
Koi. “Koi itu ada 15 jenis, kadang orang kecewa karena ikan Koi yang
dibelinya tidak standar. Nah, di sini siapa pun bisa belajar,” sambungnya.

*Soft launching* Taman Koi juga dihadiri para penghobi yang
tergabung di Jember Koi Club (JeKC). Febrian menegaskan, dirinya sengaja
mengundang para penghobi Koi untuk hadir sebagai bukti Taman Botani
Sukorambi siap sinergi dengan banyak pihak untuk mengembangkan Koi di
Jember.

“Kami ingin membangkitkan Koi di Jember. Di Jember potensinya besar, dan
bisa menjadi sentra Koi untuk Jawa Timur bagian timur. Rencananya Taman
Botani Sukorambi akan konsen sebagai tempat wisata pusat Koi nasional,”
tegasnya.

Bagi pengunjung yang benar-benar ingin belajar Koi, pihaknya
akan mengarahkan untuk berhubungan dengan JeKC dan para penghobi lainnya.
“Taman Koi ini akan menjadi *show case* Koi di Jember,” tandas Febrian.

Arif Tyahyono, kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jember yang hadir di
soft launching, mengatakan, pilar perubahan di pariwisata itu ada lima,
disebut pentahelix. Yakni, akademisi, pemerintah, bisnis, peneliti, dan
media. Semua harus jalan bersama-sama. Ada pemerintah sebagai regulator  tanpa
pelaku, atau media, jelas tidak bisa. Termasuk, komunitas harus diwadahi
semua agar pariwisata tidak hanya dinikmati masyarakat pariwisata.

“Misalnya, kalau ada bibit Koi unggul, masyarakat perikanan, peternakan,
dan petani ikut menikmati. Kalau pelihara lele, misalnya, nilai jual tidak
tinggi. Namun, dengan membiakkan Koi, sama-sama waktunya, nilainya lebih
tinggi. Ini yan dimaksudkan pariwisata bisa memberi inspirasi untuk semua,”
terangnya.

Senada, Ahmad Fauzi, ketua Jember Koi Club, mengapresiasi inisiatif Febrian
dengan membuat Taman Koi di Taman Botani Sukorambi. Jember Koi Club ingin
menjadi bagian dari industri Koi nasional. Sebab, Jember ingin menjadi
subjek, bukan hanya objek. “Alhamdulillah, semua elemen mendukung. Tempat
wisata dan edukasi di Botani juga mendukung sekali. Jember sangat potensial
menjadi bagian dari menjadi industri Koi nasional,” tegasnya. (*)